Cerpen Karangan: Legista, Mahasiswa UNPAM Prodi Pendidikan Ekonomi
Apa kau pernah berfikir mengenai pilihan? Sungguh sulit bukan jika harus memilih apa yang kita butuhkan dan apa yang benar-benar kita inginkan? Begitupun tetang Prinsip Cintaku.
Kenalkan namaku Legista aku dilahirkan dari kisah cinta yang sempurna, dari kedua orangtuaku yang saling melengkapi dan ketiga saudaraku yang membuatku merasakan tak butuh cinta lebih sebelum waktunya. Ketika seseorang bertanya padaku apa itu cinta? Imajinasiku melayang memikirkan keinginan yang semua orang pasti mendambakannya.
Sore itu aku berjalan di pinggir jalan yang tidak terlalu ramai, gadis berkerudung sepertiku sering sekali menjadi bahan gurauan, jujur saja sikapku sebelum berkerudung dengan sepenuh hati bisa dibilang buruk sekali jadi aku pun tidak akan heran jika teman-teman menyebutku Sok Alim sekarang, haha apapun yang mereka fikirkan tapi keyakinan yang paling besar di dalam hatiku adalah jiwa ini yang memberontak ingin diperbaiki.
Dalam perjalanan itu tanpa sengaja pandanganku terhenti akan sosok laki-laki tampan dan selama berjalan aku menyadari telah melakukan zina mata namun jiwa remaja ini masih begitu kental melekat, ia berjalan di sampingku karena kekaguman ini ia dapat mamacu langkahku hingga kami berjalan seperti beriringan, tepat di depan sekolah aku masih melihatnya masuk ke gerbang dan kami pun terpisah, sedikit merasa aneh dengan diri sendiri namun aku bahagia walau tidak mengenalnya secara langsung kenyataan mengatakan dia satu sekolah denganku, dia adalah kakak kelasku.
Sesampai di sekolah terjadilah sumbiringah yang tak beralamat sontak saja sikapku menjadi bahan bercandaan bagi teman-teman dekatku.
Kisah cinta itu berakhir, aku selalu tekankan hal itu pada diriku. Banyak yang berpendapat aku takut pacaran karena terlalu sering disakiti dan ada yang bilang aku wanita yang terlalu sombong, belagu, dan tidak peka apapun itu tak ada yang mengerti tentang pilihanku ini aku tidak akan membantah, namun aku akan menjawabnya dengan senyuman sambil berkata di dalam diri sendiri “aku belum butuh cinta yang menghalangi, karena saat ini aku memiliki cinta yang begitu banyak dan bahkan berlebih”.
Setelah pertemuan itu aku tak pernah melihat lagi laki-laki yang membuatku memikirkan hal-hal yang aneh itu, walau sedikit banyak ia ada dalam khayalanku. Bahkan aku tak berminat untuk mencari tau lebih, rasa itu pasti pudar itulah yang aku percaya.
Hari-hari pun berlalu aku setelah lulus sekolah aku langsung bekerja dan menjalani kehidupan normalku dengan perasaan yang aneh ini hingga hari demi hari pun kulalui tanpa terasa hingga saat ini. Saat aku mulai bekerja untuk melakukan Praktek Lapangan aku bertemu lagi dengan Dia ya laki-laki yang ku kagumi dalam diam karena saat itu aku ditugaskan di wilayah asalnya. Secara alamiah saja kedekatan itu pun terjalin karena ia adalah pemuda di wilayah tersebut, ditambah lagi karena dia merupakan alumni dari sekolahku. Jika ada yang bertanya apa aku bahagia? Jawabannya hanya satu “Ya, aku bahagia” namun bagiku bahagia itu bukanlah cinta.
Setidaknya aku bisa mengenal orang yang aku kagumi lebih dekat, dalam keseharian aku lebih suka bergaul dengan banyak orang tanpa membedakan orang itu laki-laki ataupun perempuan dan kebiasaan itulah yang menjadi salah satu faktor mendekatkanku. Namanya aden beparas tampan, bertutur kata lembut dan Soleh. Itu hal yang aku ketahui cukup sampai disana dan tidak ingin lebih hingga tugas pekerjaan ku berakhir.
Semua laporan penelitian, proposal dan agenda-agenda sudah dipersiapkan dari lama dan hasilnya akhirnya pekerjaan ku sangat baik. Aku tahu cinta yang kumiliki begitu melimpah, semakin aku mensyukuri yang telah dimiliki semakin banyak cinta yang kupunya. Kisah cintaku berakhir di tempat kerja itu.
Aku langsung mendapatkan tawaran kerja dengan kontrak 2 tahun dan gaji yang sedang dan tanpa pikir panjang tawaran itu aku terima. Sehabis kontrak pekerjaan itu, aku melanjutkan kuliahku ke Universitas pamulang. Dalam awal kuliah, recanaku untuk belajar agar lebih baik. Aku ingin mewujudkan cita-cita ku menjadi guru agama dan membahagiakan kedua orang tuaku untuk memberangkatkannya naik haji, dan akhirnya aku memutuskan kuliah sambil bekerja agar bisa meringankan beban orang tua dan menabung untuk masa depan nanti. Hari demi hari aku lewati kuliah sambil bekerja susah senang karena ini adalah keputusan yang sudah aku ambil, sampai suatu saat orang tuaku bertanya “Nakk,, apa kamu tidak merasa kesepian selalu sendiri, apa kamu tidak ingin seperti teman-teman mu yang sudah berumah tangga memiliki suami dan anak dan sangat bahagia. Mereka juga bisa menjalani rumah tangga sambil bekerja bahkan kuliah.
“ bukan aku tidak ingin seperti mereka, tapi hidup itu pilihan bu,, karena jodoh itu sudah di atur Allah manusia Cuma bisa berencana tapi Allah yang punya kuasa, mungkin mereka sudah jodoh mkannya menikah, bukan aku tidak ingin menikah semua manusia ingin merasakan pernikahan yang utuh dan bahagia bersama pasangan hidupnya tapi belum saatnya, yakin jodoh atau pilihan Allah tidak pernah salah.” Jawab ku sambil duduk menatap ibuku”
“hmm…iya ibu sekarang paham maksud kamu , kamu ingin menikah setelah lulus kuliah gitu, saat ini usia kamu sudah dewasa, bagaimana dengan nanti? Apa masih ada yang ingin dengan mu, jawab ibu sambil meyangkal
“tadi aku sudah bilang aku akan menikah setelah ada jodoh dan aku denganya sama-sama sudah merasakan kecocokan, aku selalu berdo’a dan berharap agar bisa di pertemuka dengannya yang selalu aku impikan.”
Bagiku apapun pilihan orangtua adalah yang terbaik, hingga orang tuaku ingin segera aku menikah karena khawatir akan keselamatan anaknya, dia ingin ada yang menjaganya lebih di sela-sela kesibukannya, tapi mereka sudah paham bahwa jodoh sudah di atur Allah. Dan untuk saat ini kebahagiaan mereka dan pendidikanku adalah yang utama untukku.
Sebulan berlalu tentang orang tuaku, ada pesan masuk di handphoneku degan nomor baru.
“untuk legista”
legista, aku aden teman kakak kelasmu dulu. Aku tidak tau perasaan aneh yang aku rasakan saat kita berbicara dan aku bukanlah orang yang pandai berbasa-basi, aku menyukaimu namun aku berharap perasaan ini sama-sama kita sampaikan lewat doa karena Allah lebih adil dalam menetapkan perasaan kita. Hubungi kakak kalau kamu sudah membaca pesan ini”.
Salam aden
Langsung saja pemikiranku beralih pada laki-laki yang kukagumi dulu, dan entah kebetulan ataupun takdir kami kembali dipertemukan dalam sebuah pesta pernikahan temanku. Seorang laki-laki menyapaku “Asalamualaikum legista” di saat melihat aku pun tersenyum sembari menjawab salamnya. Pertemuan itulah menjadi awal kisah cintaku, dan aku selalu berdo’a semoga ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan itu menjadi kenyataan dan menjadi awal dan akhir bagi kisah cinta kami.
0 Response to "Ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan"
Post a Comment
Terimakasih sudah bersedia berkunjung. Semoga bermanfaat. Silahkan tulis komentar anda di papan komentar. Komentar anda sangat bermanfaat untuk kemajuan artikel-artikel selanjutnya.